TEMPO.CO, Jakarta - Para pemimpin negara Islam yang tergabung ke dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) berkumpul di Turki, Rabu, 13 Desember 2017, untuk menentang keputusan Amerika Serikat soal Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Presiden Donald Trump pada Rabu, 6 Desember 2017, mengumumkan keputusan bahwa Amerika Serikat mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Trump juga menyatakan kedutaan besar Amerika Serikat akan pindah dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Baca: Oposisi Turki: Kota Yerusalem Ibu Kota Palestina
Presiden Turki Tayyip Erdogan bertemu dengan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud di Jeddah, Arab Saudi, 23 Juli 2017. Kayhan Ozer/Presidential Palace/Handout via REUTERS
Keputusan Amerika Serikat ini membuat negara-negara Arab dan Islam marah. Bahkan Turki yang saat ini jadi tuan rumah KTT OKI mengancam memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel.
KTT OKI yang dihadiri oleh 57 negara Islam tersebut diharapkan mengeluarkan keputusan mengutuk keras keputusan Washington. Pada KTT tersebut, Turki mengritik tajam sikap negara-negara Arab yang dianggap terlalu lemah atas isu Yerusalem.
Dalam pidatonya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam keras Israel sebagai sebuah negara penjajah dan teroris.
Baca: Tolak Trump Soal Yerusalem di Sidang OKI, Jokowi ke Istanbul
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (tengah), didampingi istrinya Emine (kanan), menghadiri upacara peresmian monumen untuk memperingati korban kudeta militer di Ankara, Turki, 16 Juli 2017. Sekitar 250 orang meninggal pada malam 15 Juli setahun yang lalu. AP
"Israel adalah negara penjajah. Di samping itu, Israel adalah negara teror," kata Erdogan seraya menambahkan, "Saya meminta kepada negara-negara anggota OKI mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Palestina."
Sebelumnya Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, meminta kepada negara-negara Islam mengakui Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina.